WUDU MENJADIKAN WAJAH DAN HATI
BERCAHAYA
Oleh: Habib Luthfi bin Yahya
Wajah para sahabat itu bercahaya, ini yang
dinamakan min atsaris sujud. Jadi bukan jidatnya
yang hitam itu sebagai bekas sujud. Para waliyullah itu takut kalau
jidatnya hitam, takut itu menjadikan riya’. Adapun sahabat itu wajahnya
bercahaya sangat berkilauan, dan ketika bangkit dari alam kubur wajahnya terang
seperti bulan purnama.
Itu semua diawali dari wudhu para sahabat yang
mencapai ke hati. Wudhu bukan hanya melaksanakan syarat dan rukun wudhu. Kalau
cahaya wudhu sampai hati, maka timbul sifat tawadhu’ (rendah hati), dan tubuh
tidak mau digunakan untuk maksiat. Jangankan digunakan maksiat, semisal kita
melihat keburukan, mata ini tidak betah, pengennya pergi atau memejamkan mata.
Selain itu, contoh lain dari min atsaril wudhu’
adalah tutur kata kita bagus dan sopan. Orang jadi berwibawa karena tutur kata
yang sopan. Salamatul insan fii hifzhillisan, selamatnya seseorang karena
menjaga lisannya dari tutur kata yang tidak baik.
Apa yang kita, orang dewasa, ucapkan itu akan
ditiru juga oleh anak-anak. Jadi, yang tua harus memberi contoh yang baik pada
yang muda, pada anak-anak.
Janganlah kita membuka aib seseorang di atas
podium, walaupun kita tidak cocok terhadap seseorang. Allah ta’ala saja dalam
al Quran memakai ada ketika mengingatkan, yaitu dengan kalimat yaa-ayyuhal
ladziina aamanuu, yaa ayyuhan naas, tidak menyebut nama langsung, tapi wahai
orang-orang beriman, wahai manusia, bukan wahai fulan bin fulan.
Kalau lisan kita terbiasa berdzikir maka buahnya
adalah tutur kata yang baik. Berdzikir itu dilakukan karena kita perlu dan
butuh pada Allah, dan juga kan mencari pahala itu tidak hanya dalam shalat.
Selain itu, berdzikir itu untuk melatih dan membimbing lisan dan hati agar
terbiasa ingat Allah. Oleh karena tidak ada yang melebihi sakitnya sakaratul
maut, maka lisan dan hati harus dilatih dengan dzikir, apalagi dalam thariqah.
Apa yang menjadi kebiasaan lisan kita itu yang akan muncul secara reflex saat
sakaratul maut.
Semisal, kalau lisan kita terbiasa mengucapkan
alhamdulillah, kemudian kita berjalan tanpa sengaja terpeleset atau tersandung,
maka biasanya reflex mengucapkan alhamdulillah. Tapi kalau yang biasa dilatih
dan diucapkan kata kotor atau nama hewan, maka saat terpeleset atau tersandung
batu ya kalimat nama hewan itu yang keluar dari lisannya.
Allah ta’ala berfirman, alaa bidzikrillah
tathma-innul quluub. Itulah cara kita mencuci hati kita yaitu dengan berdzikir.
Karena penyakit hati itu harus dibersihkan agar jauh dari sifat tercela seperti
ujub, sombong, riya’, hasud (iri hati), dan lain-lain.
Adapun membersihkan hati itu dengan kalimat
dzikir laa ilaaha illAllah. Kalau dalam membaca laa ilaaha illAllah ditata
dengan baik dan diresapi dalam hati, maka kalimat laa ilaaha illAllah bisa
membersihkan hati kita, sehingga hati penuh dengan laa ilaaha illAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar